Visitor, Arigatou ne...

Saturday, 18 January 2014

Katy Perry - Unconditionally

https://www.youtube.com/watch?v=XjwZAa2EjKA&feature=youtube_gdata_player

Saturday, 3 March 2012

INTERNSHIP at ARYASENA ART & FURNITURE

yayayayayaya....34days had an internship working in Aryasena, cv. This is not the first thing I did an internship. 5 years ago I did an internship .At that time in grade 2nd of vocational high school in Surakarta in the sale of products in one of Department Store Solo for about 4 months.

loads I want to tell here, but I think will be continued hehehe,in this my blog I have three stories that I will share:

1. how is the hardest to found a company to internship and friends of struggle!


2. Searching  Titles for The FINAL TASK!!


3. Step by step in preparing the final journey!!!

Please DONT GIVE UUUUPPPPPPPPPPPPP yaaaaaaaaaaaaaa....

Thursday, 12 January 2012

Pantaskah Kita Mengeluh,,,???



Ketika kita mengeluh :

“Ah mana mungkin.....”

Allah menjawab :

“Jika AKU menghendaki,cukup Ku berkata “Jadi”,maka jadilah

(QS. Yasin ; 82)


Ketika kita mengeluh :

“Capek banget gw....”

Allah menjawab :

“...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.”

(QS.An-Naba :9)


Ketika kita mengeluh :

“Berat banget yah,gak sanggup rasanya...”

Allah menjawab :

“AKU tidak membebani seseorang,

melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)


Ketika kita mengeluh :

“Stressss nih...Panik...”

Allah menjawab :

“Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang”.

(QS.Ar-Ro’ d :28)


Ketika kita mengeluh :

“Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..”

Allah menjawab :

”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun,niscaya ia akan melihat

balasannya”.

(QS. Al-Zalzalah :7)


Ketika kita mengeluh :

“Gile aje..gw sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin...”

Allah menjawab :

“Berdoalah (mintalah kepadaKU,niscaya Aku kabulkan untukmu”.

(QS. Al-Mukmin :60)


Ketika kita mengeluh :

“ Duh..sedih banget deh gw...”

Allah menjawab :

“La Tahzan, Innallaha Ma’ ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:.

(QS. At-Taubah :40)


kita semua yg mulai galau atas perhatian Allah yg serasa jauh dari kita padahal sebaliknya Allah dekat selalu

(QS. Al-Baqarah 186)


via Kembang Anggrek


Published with Blogger-droid v2.0.3

Saturday, 17 December 2011

"Bacalah.......! Dan Menagislah Jika Kalian Hendak Menagis.....!

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana

perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang

istri dari teman saya yang di simpan

dalam sebuah laptopnya.Bacalah,

semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran

bagi kita semua.(semoga menjadi

pengingat bagiku, ketika ku sudah

melangkah ke dalam kehidupan baru)

***

Cinta itu butuh kesabaran…

Sampai dimanakah kita harus bersabar

menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen

untuk menjaga cinta kita..

Aku menjadi perempuan yg paling

bahagia…..

Pernikahan kami sederhana namun

meriah…..

Ia menjadi pria yang sangat romantis

pada waktu itu.

Aku bersyukur menikah dengan seorang

pria yang shaleh, pintar, tampan &

mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses

dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu di tanah suci,

itu janjinya ketika kami berpacaran

dulu..Dan setelah menikah, aku

mengajaknya untuk umroh ke tanah

suci….

Aku sangat bahagia dengannya, dan

dianya juga sangat memanjakan aku…

sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa

sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang kami adalah

pasangan yang serasi. Sangat terlihat

sekali bagaimana suamiku

memanjakanku. Dan aku bahagia

menikah dengannya.

***

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi

suami istri, sangat tak terasa waktu

begitu cepat berjalan walaupun kami

hanya hidup berdua saja karena sampai

saat ini aku belum bisa memberikannya

seorang malaikat kecil (bayi) di tengah

keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya

dalam keluarganya, jadi aku harus

berusaha untuk

mendapatkan penerus generasi

baginya.Alhamdulillah saat itu suamiku

mendukungku…Ia mengaggap Allah

belum mempercayai kami untuk menjaga

titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal

kami menikah, ibu & adiknya tidak

menyukaiku. Aku sering mendapat

perlakuan yang tidak menyenangkan dari

mereka, namun aku selalu berusaha

menutupi hal itu dari suamiku…

Didepan suami ku mereka berlaku sangat

baik padaku, tapi dibelakang suami ku,

aku dihina-hina oleh mereka…Pernah

suatu ketika satu tahun usia pernikahan

kami, suamiku mengalami kecelakaan,

mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku

selamat dari maut yang hampir membuat

ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia

belum sadarkan diri setelah kecelakaan.

Aku selalu menemaninya siang & malam

sambil kubacakan ayat-ayat suci Al –

Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah

sakit dan dari tempat aku melakukan

aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus

suamiku yang sakit karena

kecelakaan.Namun saat ketika aku

kembali ke rumah sakit setelah dari

rumah kami, aku melihat di dalam

kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan

teman-teman suamiku, dan disaat itu

juga.. aku melihat ada seorang wanita

yang sangat akrab mengobrol dengan ibu

mertuaku. Mereka tertawa menghibur

suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah

sadar, aku menangis ketika melihat suami

ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih

di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu

sambil mengatakan,

“Assalammu’ alaikum” dan mereka

menjawab salam ku. Aku berdiam

sejenak di depan pintu dan mereka

semua melihatku. Suamiku menatapku

penuh manja, mungkin ia kangen padaku

karena sudah 5 hari mata nya selalu

tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan

aku untuk memegang tangannya erat.

Setelah aku menghampirinya, kucium

tangannya sambil berkata

“Assalammu’ alaikum”, ia pun menjawab

salam ku dengan suaranya yg lirih namun

penuh dengan cinta. Aku pun senyum

melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …

“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa

teman baiknya pernah mencintainya,

perempuan itu bernama Desi dan dia

sangat akrab dengan keluarga suamiku.

Hingga akhirnya aku bertemu dengan

orangnya juga. Aku pun langsung berjabat

tangan dengannya, tak banyak aku bicara

di dalam ruangan tersebut,aku tak

mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati

luka-luka di kepala suamiku, baru

sebentar aku membersihkan mukanya,

tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian

mengajakku keluar, ia minta ditemani ke

kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya.

Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata,

”lebih baik kau pulang saja, ada kami yg

menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Anehnya, aku tak diperbolehkan

berpamitan dengan suamiku dengan

alasan abang harus banyak beristirahat

dan karena psikologisnya masih labil. Aku

berdebat dengannya mempertanyakan

mengapa aku tidak diizinkan berpamitan

dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu

mertuaku datang menghampiriku dan ia

juga mengatakan hal yang sama.

Nantinya dia akan memberi alasan pada

suamiku mengapa aku pulang tak

berpamitan padanya, toh suamiku selalu

menurut apa kata ibunya, baik ibunya

Salah ataupun Tidak, suamiku tetap saja

membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi

meninggalkan rumah sakit itu dengan

linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan

menjenguk suamiku sampai ia kembali

dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa

menangis dalam kesendirianku. Menangis

mengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang

ada di benakku aku takut kehilangannya,

aku takut cintanya dibagi dengan yang

lain.Pagi itu, pada saat aku

membersihkan pekarangan rumah kami,

suamiku memanggil ku ke taman

belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia

mengajakku duduk di ayunan favorit kami

sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan

di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, ”Ada apa kamu

memanggilku?”

Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk

keluargaku di Sabang”

Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku

sudah mengemasi barang-barang kamu

di travel bag dan kamu sudah

memeegang tiket bukan?”

“ Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma

3 minggu aku disana, aku juga sudah

lama tidak bertemu dengan keluarga

besarku sejak kita menikah dan aku akan

pulang dengan mama ku”, jawabnya

tegas.

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir

hanya seminggu saja kamu disana?“,

tanya ku balik kepadanya penuh dengan

rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa

karena ia baru memberitahukan rencana

kepulanggannya itu, padahal aku telah

bersusah payah mencarikan tiket

pesawat untuknya.

”Mama minta aku yang menemaninya

saat pulang nanti”, jawabnya tegas.

”Sekarang aku ingin seharian dengan

kamu karena nanti kita 3 minggu tidak

bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil

memelukku dan mencium keningku.

Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi

tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami

yang penuh dengan rasa sayang &

cintanya walau terkadang ia bersikap

kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal

aku ingin bersama Suamiku, tapi karena

keluarganya tidak menyukaiku hanya

karena mereka cemburu padaku karena

Suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja

yg pergi dan kami juga harus berhemat

dalam pengeluaran anggaran rumah

tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya,

jadi seluruh keluarganya harus komplit.

Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan

diperdulikan oleh keluarganya harus

datang ataupun tidak. Tidak hadir justru

membuat mereka sangat senang dan aku

pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku

menangis sambil membereskan

keperluan yang akan dibawanya ke

Sabang, ia menatapku dan menghapus

airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku

peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak

merelakan dia pergi seakan terjadi

sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang

akan terjadi. Aku hanya bisa menangis

karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama

ini, karena kami selalu bersama-sama

kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku

sendirian dan tidak memiliki teman,

karena biasanya hanya pembantu sajalah

teman mengobrolku.Hati ini sedih akan di

tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus

menangis.. menangisi kepergiannya. Aku

tak tahu mengapa sesedih ini,

perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh

berburuk sangka. Aku harus percaya

apada suamiku. Dia pasti akan selalu

menelponku.

***

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa

sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri.

Untunglah aku mempunyai kesibukan

sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak

terlalu kesepian ditinggal pergi ke

Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh,

komunikasi kami memburuk dan aku pun

jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali

seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku

menahan rasa sakit dirahimku ini,

sampai-sampai aku mengalami

pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit

oleh adik laki-lakiku yang kebetulan

menemaniku disana. Dokter memvonis

aku terkena kanker mulut rahim stadium

3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku

banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku,

suamiku yang malang yang selalu

berharap akan punya keturunan dari

rahimku.. namun aku tak bisa

memberikannya keturunan. Dan

kemudian aku hanya bisa memeluk

adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu

menunggu ia pulang dan bertanya-tanya,

“kapankah ia segera pulang?” aku tak

tahu..Sementara suamiku disana, aku

tidak tahu mengapa ia selalu marah-

marah jika menelponku. Bagaimana aku

akan menceritakan kondisiku jika ia selalu

marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini

dan aku juga tak mau membuatnya

khawatir selama ia berada di

Sabang.Lebih baik nanti saja ketika ia

sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita

padanya. Setiap hari aku menanti

suamiku pulang, hari demi hari aku

hitung…

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang,

malam itu ketika aku sedang melihat

foto-foto kami, ponselku berbunyi

menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari

suamiku yang sms.

Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk

pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku

akan kabarin lagi”.Hanya itu saja yang

diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku

pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari

yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di

rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan

yang cantik dan memakai parfum

kesukaannya untuk menyambut suamiku

pulang, dan nantinya aku juga akan

menyelesaikan masalah komunikasi kami

yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu

untuknya dan ia pun mengucap salam.

Sebelum masuk, aku pegang tangannya

kedepan teras namun ia tetap berdiri,

aku membungkuk untuk melepaskan

sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua

kakinya, aku tak mau ada syaithan yang

masuk ke dalam rumah kami.Setelah itu

akupun berdiri langsung mencium

tangannya tapi apa reaksinya..

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku,

ia hanya diam dan langsung naik

keruangan atas, kemudian mandi dan

tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek.

Aku pun segera merapikan bawaan nya

sampai aku pun tertidur. Malam

menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan

aku pada tempat mengadu yaitu Allah,

Sang Maha Pencipta.Biasa nya kami

selalu berjama’ ah, tapi karena melihat

nya tidur sangat pulas, aku tak tega

membangunkannya. Aku hanya mengelus

wajahnya dan aku cium keningnya, lalu

aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3

raka’at.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku

terbangun lalu aku melihat dirinya dari

balkon kamar kami yang bersiap-siap

untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi

ia tak mendengar. Kemudian aku ambil

jilbabku dan aku berlari dari atas ke

bawah tanpa memperdulikan darah yg

bercecer dari rahimku untuk mengejarnya

tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan

suamiku. Ada apa dengan suamiku?

Mengapa ia bersikap tidak biasa

terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku

mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga

aku langsung menelpon kerumah

mertuaku dan kebetulan Dian yang

mengangkat telponnya, aku bercerita dan

aku bertanya apa yang sedang terjadi

dengan suamiku. Dengan enteng ia

menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”.

Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam

kecemasan. Mengapa suamiku berubah

setelah ia kembali dari kota kelahirannya.

Mengapa ia tak mau berbicara padaku,

apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang

pendiam, seakan ia telah melepas

tanggung jawabnya sebagai seorang

suami. Kami hanya berbicara seperlunya

saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu

bertanya aku dari mana dan mengapa

pulang terlambat dan ia bertanya dengan

nada yg keras. Suamiku telah

berubah..Bahkan yang membuat ku

kaget, aku pernah dituduhnya berzina

dengan mantan pacarku. Ingin rasanya

aku menampar suamiku yang telah

menuduhku serendah itu, tapi aku selalu

ingat.. sebagaimana pun salahnya

seorang suami, status suami tetap di

atas para istri, itu pedoman yang aku

pegang.

Aku hanya berdo’a semoga suamiku

sadar akan prilakunya.

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung

berubah juga. Aku menangis setiap

malam, lelah menanti seperti ini, kami

seperti orang asing yang baru saja

berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah

sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti

itu, aku tetap merawatnya & menyiakan

segala yang ia perlukan. Penyakitkupun

masih aku simpan dengan baik dan

sekalipun ia tak pernah bertanya perihal

obat apa yang aku minum. Kebahagiaan

ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun

telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini

semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan

sendiri dari aktifitasku sebagai seorang

guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta

uang padanya hanya untuk pengobatan

kankerku. Aku pun hanya berobat

semampuku.Sungguh.. suami yang dulu

aku puja dan aku banggakan, sekarang

telah menjadi orang asing bagiku, setiap

aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk

berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu

setelah makan malam usai, suamiku

memanggilku.

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan

memanggil nama kesayangannya “Ayah”.

“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.”

Jawabnya tegas.

“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh

dengan keheranan.

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu

lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia

membentakku. Sehingga tak ada lagi

kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan

banyak tanya!!”

Lalu aku pun bersegera mengemasi

barang-barang yang akan dibawa ke

Sabang sambil menangis, sedih karena

suamiku kini tak ku kenal lagi.

Lima tahun kami menikah dan sudah 2

tahun pula ia menjadi orang asing buatku.

Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh

cinta yang dihiasi foto pernikahan kami,

sekarang menjadi dingin.. sangat dingin

dari batu es. Aku menangis dengan

kebingungan ini. Ingin rasanya aku

berontak berteriak, tapi aku tak

bisa.Suamiku tak suka dengan wanita

yang kasar, ngomong dengan nada tinggi,

suka membanting barang-barang . Dia

bilang perbuatan itu menunjukkan sikap

ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya

bisa bersabar menantinya bicara dan

sabar mengobati penyakitku ini, dalam

kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih

merasa lelah karena semalaman aku

tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga

besarnya juga telah berkumpul disana,

termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak

tahu ada acara apa ini..Aku dan suamiku

pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak

betah didalam kamar tua itu, ia pun

langsung keluar bergabung dengan

keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami

dan ingin memasukkannya ke dalam

lemari tua yg berada di dekat pintu

kamar, lemari tua yang telah ada

sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante

Lia, tante yang sangat baik padaku

memanggil ku untuk bersegera

berkumpul diruang tengah, aku pun

menuju ke ruang keluarga yang berada

ditengah rumah besar itu, yang tampak

seperti rumah zaman peninggalan

belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku,

dan suamiku menunduk penuh dengan

kebisuan, aku tak berani bertanya

padanya.Tiba-tiba saja neneknya, orang

yang dianggap paling tua dan paling

berhak atas semuanya, membuka

pembicaraan.

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul,

nenek ingin bicara dengan kau Fisha”.

Neneknya berbicara sangat tegas, dengan

sorot mata yang tajam.

”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh

tanya..

Nenek pun menjawab, “Kau telah

bergabung dengan keluarga kami hampir

8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat

tanda-tanda kehamilan yang sempurna

sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang

kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan

dengan suamiku?

“Sebenarnya kami sudah punya calon

untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau

menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang

keras kepala, tak mau di atur,dan

akhirnya menikahlah ia dengan kau.”

Neneknya berbicara sangat lantang,

mungkin logat orang Sabang seperti itu

semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat

wajah suamiku yang kosong matanya.

“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau

pun sudah berkenalan dengannya”,

neneknya masih melanjutkan

pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja,

tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk

suamiku agar ia kuat dengan semua ini,

tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang

lebar dan yang terakhir dari ucapannya

dengan mimik wajah yang sangat

menantang kemudian berkata, “kau

maunya gimana? kau dimadu atau

diceraikan?“

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin

jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk

mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa

keluarganya bersikap seperti ini

terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari

kedua orang tuaku yang tinggal di pulau

kayu, mereka mengira aku sangat bahagia

2 tahun belakangan ini.

“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya

langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku.

Dengan tangan yang dingin dan gemetar

aku menjawab dengan tegas.

Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu

dengan imamku, tapi aku dapat

berdiskusi dengannya melalui bathiniah.

‘’Untuk kebaikan dan masa depan

keluarga ini, aku akan menyambut baik

seorang wanita baru dirumah kami..”

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku

rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu

juga suamiku memandangku dengan

tetesan air mata, tapi air mataku tak

sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah

siapakah yang akan menjadi sahabatku

dirumah kita nanti, yah?”

Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”

Aku pun langsung menarik napas dan

langsung berbicara, ”Kapan

pernikahannya berlangsung? Apa yang

harus saya siapkan dalam pernikahan ini

Nek?.”

Ayah mertuaku menjawab,

“Pernikahannya 2 minggu lagi.”

”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon

pembantu di rumah, untuk menyuruhnya

mengurus KK kami ke kelurahan besok” ,

setelah berbicara seperti itu aku permisi

untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun,

aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu

kamar dan aku langsung duduk di tempat

tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri

disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini,

cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi

akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang

yang asing selama 2 tahun belakangan

ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka

jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-

tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku

yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku,

ternyata aku memang sudah tidak cantik

lagi, rambutku sudah hampir habis..

kepalaku sudah botak dibagian

tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka,

ternyata suamiku yang datang, ia berdiri

dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini,

aku bersegera memandangnya dari

cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai

pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu

memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak

perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu

nanti! Iya kan?.”

Suamiku mengangguk sambil melihat

kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum

dan bertanya kenapa rambutku rontok,

dia hanya mengatakan jangan salah

memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia

sangat cuek?” dan ia sudah tak

memanjakanku lagi. Lalu dia berkata,

“sudah malam, kita istirahat yuk!“

“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”,

jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku

menangis. Ku hitung mundur waktu,

kapan aku akan berbagi suami

dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi

pernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang

juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku

ingin suamiku kembali seperti dulu, yang

sangat memanjakan aku atas rasa sayang

dan cintanya itu..Malam sebelum hari

pernikahan suamiku, aku menulis curahan

hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat-saat

terakhirku melihat suamiku, aku marah

pada suamiku yang telah

menelantarkanku. Aku menangis melihat

suamiku yang sedang tidur pulas, apa

salahku? sampai ia berlaku sekejam itu

kepadaku. Aku

save di mydocument yang bertitle “Aku

Mencintaimu Suamiku.”

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap,

tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku

berdiri didekat jendela, aku melihat

matahari, karena mungkin saja aku takkan

bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri

sangat lama.. lalu suamiku yang telah

siap dengan pakaian pengantinnya masuk

dan berbicara padaku.

“Apakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airmata yang menetes

diwajahku sambil berkata :

“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika

kamu membawa ia masuk kedalam

rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana

kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika

kalian masuk ke dalam kamar pengantin

bacakan do’a di ubun-ubunnya

sebagaimana yang kamu lakukan padaku

dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku

terhenti karena tak sanggup aku

meneruskan pembicaraan itu, aku ingin

menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa

Bunda?”

Aku kaget mendengar kata itu, yang

tadinya aku menunduk seketika aku

langsung menatapnya dengan mata yang

berbinar-binar…

“Bisa kamu ulangi apa yang kamu

ucapkan barusan?”, pintaku tuk

menyakini bahwa kuping ini tidak salah

mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, ”Baik

bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”,

sambil ia mengelus wajah dan

menghapus airmataku, dia agak sedikit

membungkuk karena dia sangat tinggi,

aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita lihat

saja nanti ya!”. Dia memelukku dan

berkata, “bunda adalah wanita yang

paling kuat yang ayah temui selain

mama”..

Kemudian ia mencium keningku, aku

langsung memeluknya erat dan berkata,

“Ayah, apakah ini akan segera berakhir?

Ayah kemana saja? Mengapa Ayah

berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku

kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku

kangen dengan manjanya Ayah? Aku

kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang

harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah

berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran,

aku memang belum bisa melupakannya,

setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa

aku terima, jika yang dihadapanku itu

adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti

aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung

bersujud di kakinya dan muncium kaki

imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf

Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia

hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku

menanti dirinya kembali. Tiba-tiba

perutku sakit, ia menyadari bahwa ada

yang tidak beres denganku dan ia

bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?”

tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan

melihat kamu kembali seperti dulu itu

sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak

bisa bicara sekarang“. Karena dia akan

menikah. Aku tak mau membuat dia

khawatir. Dia harus khusyu menjalani

acara prosesi akad nikah

tersebut.Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul

pun dimulai. Aku duduk diseberang

suamiku.

Aku melihat suamiku duduk

berdampingan dengan perempuan itu,

membuat hati ini cemburu, ingin

berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”,

tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat

mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu

ijab-qabul selesai, aku menarik napas

panjang. Tante Lia, tante yang baik itu,

memelukku.. Dalam hati aku berusaha

untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk

bersanding dipelaminan. Orang-orang

yang hadir di acara resepsi itu iba

melihatku, mereka melihatku dengan

tatapan sangat aneh, mungkin melihat

wajahku yang selalu tersenyum, tapi

dibalik itu.. hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung

masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak

mencuci kakinya. Aku sangat heran

dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak

suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di

dalam keluarga suamiku, tak seperti aku

dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana

bisa? Suamiku akan tidur dengan

perempuan yang sangat aku cemburui.

Aku tak tahu apa yang sedang mereka

lakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin

sholat lail aku keluar untuk berwudhu,

lalu aku melihat ada lelaki yang mirip

suamiku tidur disofa ruang tengah.

Kudekati lalu kulihat. Masya Allah..

suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia

ternyata tidur disofa, aku duduk disofa

itu sambil menghelus wajahnya yang

lelah, tiba-tiba ia memegang tangan

kiriku, tentu saja aku kaget.

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia

berkata seperti itu. Aku tersenyum dan

megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail

ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh

menyakitimu, kamu menderita karena

ego nya aku. Besok kita pulang ke

Jakarta, biar Desi pulang dengan mama,

papa dan juga adik-adikku ”

Aku menatapnya dengan penuh

keheranan. Tapi ia langsung mengajakku

untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku

sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah

lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah

Engkau akan menyuruh malaikat maut

untuk mengambil nyawaku sekarang ini,

karena aku telah merasakan

kehadirannya saat ini. Tapi.. masih

bisakah engkau ijinkan aku untuk

merasakan kehangatan dari suamiku yang

telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”

Aku menangis dalam kebisuan.

Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak

tidur dengan Desi?”

”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak

mau menyakitimu lagi. Kamu sudah

sering terluka oleh sikapku yang egois.”

Dengan lembut suamiku menjawab

seperti itu.

Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayah minta

maaf telah menelantarkan bunda..

Selama ayah di Sabang, ayah dengar

kalau bunda tidak tulus mencintai ayah,

bunda seperti mengejar sesuatu,

seperti mengejar harta ayah dan satu

lagi.. ayah pernah melihat sms bunda

dengan mantan pacar bunda dimana

isinya kalau bunda gak mau berbuat

“seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi

tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin

ngomong tapi takut bunda tersinggung

dan ayah berpikir kalau bunda pernah

tidur dengannya sebelum bunda bertemu

ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga

ayah karena ayah terlalu memanjakan

bunda..”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku,

ketika tidak ada kepercayaan di dirinya,

hanya karena omongan keluarganya yang

tidak pernah melihat betapa tulusnya aku

mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, “Aku sudah

ceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah

berzinah dan aku mencintaimu setulus

hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu,

mengapa aku memilih kamu? Padahal

banyak lelaki yang lebih mapan darimu

waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejar

hartamu, aku tak mungkin setiap hari

menangis karena menderita

mencintaimu..“

Entah aku harus bahagia atau aku harus

sedih karena sahabatku sendirian

dikamar pengantin itu. Malam itu, aku

menyelesaikan masalahku dengan

suamiku dan berusaha memaafkannya

beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang

penuh dengan rasa benci.

Keesokan harinya…

Ketika aku ingin terbangun untuk

mengambil wudhu, kepalaku pusing,

rahimku sakit sekali.. aku mengalami

pendarahan dan suamiku kaget bukan

main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir

suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah

suamiku penuh dengan rasa

kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat..

Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta

maaf…”

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu.

Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang

terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih,

”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin

bertemu kedua orang tua bunda, anterin

bunda kesana ya, Yah..”

“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya,

Yah… !!! Bunda sayang banget sama

Ayah.”

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit,

sakitnya semakin keatas, kakiku sudah

tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi

memegang tangan suamiku. Kulihat

wajahnya yang tampan, berlinang air

mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan

kalimat syahadat dan ditutup dengan

kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya

pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam

suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami

kesulitan dari kami pacaran sampai kami

menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah

nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah

hadir didalam kehidupan anakmu sampai

aku hidup didalam hati anakmu.

Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu

berdo’a agar Mama merestui hubungan

kami.

Mengapa engkau fitnah diriku didepan

suamiku, apa engkau punya buktinya Ma?

Mengapa engkau sangat cemburu padaku

Ma?

Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah

menyuruhnya untuk durhaka kepadamu,

dari dulu aku selalu mengerti apa yang

kamu inginkan dari anakmu, tapi

mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi

kau sangat baik tetapi denganku

menantumu kau bersikap sebaliknya..”

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan

istriku.

==========================

===========================

Ayah, mengapa keluargamu sangat

membenciku?

Aku dihina oleh mereka ayah..

Mengapa mereka bisa baik terhadapku

pada saat ada dirimu?

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di

jalan, aku menegurnya karena dia adik

iparku tapi aku disambut dengan wajah

ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian

sangat baik, sangat manis dan ia

memanggilku dengan panggilan yang

sangat menghormatiku. Mengapa seperti

itu ayah ?

Aku tak bisa berbicara tentang ini

padamu, karena aku tahu kamu pasti

membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat

akrab dengan mertuaku.

Tiap hari ia datang ke rumah sakit

bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada

suamiku, ia akan pasti membela Desi dan

ibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi..

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak

sayang lagi pada ku..

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak

akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun

penyakit kanker ini terus menyerangku..

Aku bisa melakukan ini semua sendiri

ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan

perempuan itu. Perempuan yang aku

benci, yang aku cemburui, tapi aku tak

boleh egois, ini untuk kebahagian

keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan

olehmu..

Mengapa harus Desi yang menjadi

sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela..

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan

pernikahan keduanya. Semoga saja aku

masih punya waktu untuk melihatnya

tersenyum untukku. Aku ingin sekali

merasakan kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum ajal ini menjemputku.

''Ayah.. aku kangen Ayah..''

==================================================

===

’’Dan kini aku telah membawamu ke

orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali

bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga

mawar yang berwana pink yang

mencerminkan keceriaan hatimu yang

sakit tertusuk duri.’’

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum

disaat tidur..

Bunda akan selalu hidup dihati ayah..

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak

pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak

pernah membersihkan telingaku,

rambutku tak pernah di creambathnya,

kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu

selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak

perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan

Bunda, mungkin Ayah masih bisa tidur

dengan belaian tangan Bunda yang halus..

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat

membutuhkan bunda..

Bunda.. kamu wanita yang paling tegar

yang pernah kutemui..

Aku menyesal telah asik dalam ke-

egoanku..

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap

manis. Senyum manjamu terlihat di

tidurmu yang panjang..

’’Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan

membahagiakanmu, aku selalu meng-

iyakan apa kata ibuku, karena aku takut

menjadi anak durhaka.

Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh

keluargaku, aku percaya begitu saja..

Apakah Bunda akan mendapat pengganti

ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah

disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah

di sini.. Aku mohon..

’’Ayah Sayang Bunda…."

Source :

bagorfunnyblogspotcoid.blogspot.com

Referensi Lainnya : http://

kembanganggrek2.blogspot .com/


Published with Blogger-droid v2.0.1

Sunday, 20 November 2011

Aku dari Tulang Rusuk Adam,,,

Wahai Adam,,,
jangan pernah segan menegurku bila aku salah di matamu,karena sungguh,Allah membentuk hatiku dari daging yang paling lembut agar ku mudah tersentuh dengan segala nasihat.

Mataku begitu mudah menangis dengan sentuhan sedikit saja.Namun ingatlah adam,aku
hawa dari tulang rusukmu yang paling bengkok,maka fitrahku memang untuk bengkok,maka jgn memaksa untuk meluruskanku,karena kau akan
menemukanku patah,sekali ku patah tak akan mampu kau sambung lagi,Namun,jangan pula membiarkanku terus dlm bengkok,tapi cobalah meluruskanku dengan hikmah,dengan
bijaksana.

Maka kaupun akan menemukanku lurus bahkan mampu mengokohkanmu,,, :)

via Kembang Anggrek
Published with Blogger-droid v1.7.4